Kamis, 07 Juni 2012

“ SISTEM INSTRUKSIONAL “ DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN Oleh : Pujianto & M. Luthfi

“ SISTEM INSTRUKSIONAL “ DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Oleh : Pujianto & M. Luthfi
program studi pendidikan bahasa arab

PENDAHULUAN
Mengajar merupakan pekerjaan professional yang tidak bisa lepas dari berbagai macam problema, apalagi yang dihadapi masyarakat yang dinamis. Guru sebagai pendidik dan pengajar dalam melaksanakan tugasnya sering menemukan problema-problema yang dari waktu kewaktu selalu berbeda, apalagi bila dihubungkan dengan keperluan perorangan atau kemasyarakatan, maka keanekaan problematika tersebut makin luas. Sabenarnya problematika tersebut datang dari implikasi dinamika masyarakat itu sendiri, yaitu menunjukkan hidup manusia menuntut kemajuan-kemajuan yang perlu dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri. Akan tetapi problema yang menuntut kepada penelitian yang cermat mengenai sumber-sumber penyebabnya dan akibat-akibat apa yang akan timbul bila tidak terselesaikan.
Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, guru mempunyai banyak problema yang terkait dengan anak didik, kurikulum, metode pengajaran, dan tuntutan umum yang lainnya. Dari berbagai dinamika dan problem-problem diatas, guru masih dituntut untuk bersikap professional, walaupun tidak didukung dengan sarana yang layak, jadi disini kerja guru ekstra atau harus bekerja secara optimal.[1]

RUMUSAN MASALAH
  1. Apa yang dimaksud dengan sistem instruksional ?

PEMBAHASAN
Pengertian Sistem Instruksional
A.                Pengetian Sistem lnstuksional
Sistem lnstuksional terbentuk oIeh dua konsep System dan instruction. System yang untuk selanjutnya diterjemahkan menjadi sistem (dibaca sistem) oleh Wong dan Raulerson (1973:9) diartikan sebagai a set of parts united by some form of interaction (artinya: suatu perangkat dan bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi).
Instruction yang diterjemahkan menjadi pembelajaian atau pengajaran dan bahan instruksi dalam arti perintah, oleh Saylor dan Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum (curriculum implementation) atau dalam pengertian yang lebih khusus, instrution merujuk pada proses belajar-mengajar teching-learning-prosess).[2]
Bertolak dari konsep-konsep tersebut istilah sistem instruksional digunakan untuk menunjukkan suatu proses belajar-mengajar atau proses pengajaran atau lebih tepat lagi proses pembelajaran. Dibandingkan dengan sistem yang lain lebih-lebih sistem yang bersifat alami seperti sistem tata surya, sistem instruksional memiliki ciri yang khas, yaitu adanya tujuan (purpose, goal, objectives).
Sistem instruksional sekurang-kurangnya memiliki dua dimensi yaitu dimensi rencana (a plan) dan dimensi proses yang nyata (a reality). Dalam dimensi rencana sistem instruksional merujuk pada prosedur atau langkah-langkah yang seyogianya dilalui dalam mempersiapkan terjadinya proses belajar mengajar. Dalam dimensi realitas sistem instruksional merujuk pada interaksi kelas atau “the classroom system” menurut konsep Wong dan Raulerson (1973) kedua dimensi itu secara konseptual merupakan suatu sistem kurikulum yang dengan sendirinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan.[3]
Model sistem instruksional adalah metode yang digunakan dalam proses pembelajaran yang sering dipakai oleh banyak tenaga pengajar, model instruksional yaitu suatu model yang terdiri atas empat komponen yang secara hakiki berbeda satu sama lainnya, model ini menitikberatkan pembuatan keputusan intelektual oleh guru sebelum dan sesudah pengajaran dan oleh karenanya, sebenarnya lebih berupa suatu model perencanaan dan penilaian dari suatu model “prosedur mengajar” pertama menentukan tujuan-tujuan instruksional secara spesifik dalam bentuk perilaku siswa.
Kedua mengadakan penilaian pendahuluan terhadap keadaan siswa pada saat ini dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan instruksional tersebut. Dan ketiga menilai pencapaian tujuan-tujuan tersebut oleh siswa.[4]
            Jadi, sistem instruksional merupakan tatanan aktivitas belajar mengajar yang mengandung dimensi perencanaan kegiatan belajar mengajar. Sebagai perencanaan dan pelaksanaan sistem instruksional merujuk pada langkah – langkah yang sebaiknyaditempuh dalam menetapkan tujuan, isi, proses dan evaluasi pengajaran.[5]
B.                 Ciri – Ciri Sistem Instruksional
Pada hakikatnya proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi dan kerja sama secara terpadu dan harmonis dalam mencari tujuan belajar mengajar. Agar seluruh komponen dalam sistem belajar mengajar tersebut dapat berdaya guna secara efektif, maka guru sebagai seseorang yang bertugas sebagai pengelola belajar mengajar hendaknya mampu merencanakan, mengembangkan dan mengevaluasi terhadap seluruh komponen dalam sistem belajar mengajar atau guru harus mampu melakukan usaha pengembangan sistem instruksional.
Sedangkan untuk mendukung tercapainya pengembangan sistem instruksional, perlu mengetahui ciri – ciri dari sistem instruksional yang bisa dilihat dalam penjabaran fungsi, tujuan dan komponen dalam sistem instruksional.
Fungsi Sistem Instruksional
  • Sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dalam rangka perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
  • Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instruksional, yang meliputi :
    • Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
    • Menentukan tujuan instruksional.
    • Menentukan strategi belajar mengajar.
    • Menentukan materi pelajaran.
    • Menentukan materi dan alat peraga.
    • Menentukan evaluasi pengajaran.
  • Sebagai alat pengontrol atau evaluasi, kesesuaian antara perencanaan instruksional dengan pelaksanaan belajar mengajar.
  • Sebagai balikan atau feed back bagi guru tentang keberhasilan pelaksanaan belajar mengajar, dalam rangka melakukan perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
Tujuan sistem instruksional

Model Pengembangan Sistem Instruksional
            Secara umum istilah “ model ” diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman aatau acuan dalam mel;akukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain “ model “ juga diartikan sebaagai barang aatau benda tiruan dari benda sesungguhnya.
            Sedangkan sistem instruksional dibentuk oleh dua konsep, yaitu “ sitem “ dan “ instruksional “.  Syistem “ yang untuk selanjutnya diterjemahkan menjadi “sistem” (dibaca sistem) oleh Wong dan Raulerson (1973:9) diartikan sebagai “a set of parts united by some form of interaction” (artinya: suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk hubungan saling mempengaruhi). Contohnya sistem tata surya, sistem pencernaan, sistem kekerabatan, sistem telepon. “instruction” yang diterjemahkan menjadi “pembelajaran atau pengajaran” dan “bahan instruksi” dalam arti perintah, oleh Saylor dab Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum (curiculum implementation) atau dalam pengertianyang lebih khusus “instruction” merujuk pada “proses belajar mengajar” (teaching-learning process). Bertolak dari konsep-konsep tersebut istilah “sistem instruksional” digunakan untuk menunjukkan suatu “proses belajar mengajar” atau “proses pembelajaran”. Dibandingkan dengan sistem yang lain lebih-lebih sistem yang bersifat alami seperti sistem tata surya, sistem instruksional memiliki ciri khas, yaitu adanya “tujuan” (purpose, goal, objectives). Hal ini tentu dapat anda pahami karena seperti telah anda pelajari dalam modul pertama adanya tujuan merupakan ciri utama dari proses pendidikan.di samping itu ada dua unsur lainnya yakni komponen dan proses . antara tujuan tujuan komponen, dan proses terdapat hubungan yang saling menentukan seperti dapat digambarkan sebagai berikut:
            Sistem instruksional sekurang- kurangnya memiliki dua dimensi yaitu dimensi rencana (a plan) dan dimensi proses yang nyata (a reality). Dalam dimensi rencana sistem instuksional merujuki pada prosedur atau langkah-langkah yang seyogianya dilalui dalam mempersiapkan terjadinya proses belajar-mengajar. Dalam dimensi realita sistem instruksional merujuk pada interaksi kelas atau “the classroom system” menurut konsep Wong atau Raulerson (1973) kedua dimensi itu secara konseptual merupakan suatu sistem kurikulum yang dengan sendirinya merupakan bagian  yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan.
            Agar lebih jelas keterpautan sistem-sistem tersebut dapat dilukiskan secara diagramatik sebagai berikut:

PENUTUP
Guru adalah sentralitas bagi proses pendidikan, baik dan buruknya adalah guru yang mengarahkanya. Sehingga dalam perjalanan prosesnya guru mengalami banyak kendala yang pada hakikatnya adalah implikasi kedinamisan masyarakat yang terus berkembang dari waktu-kewaktu. Keberhasilan proses pengajaran anak didik tidak akan tercapai jika hanya mengandalkan pribadi guru secara totaliter, semua yang terkait dengan proses pengajaran harus mau dan mampu membantu guru dalam menghadapi problematika yang mereka hadapi.
Dalam perjalanan pemecahan problematika guru, pada hakekatnya merupakan masalah yang menyeluruh dalam kehidupan manusia. Semua tergantung dari respect guru terhadap permasalahan tersebut dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain serta lingkungan, kebutuhan akan kestabilan emosi, rasa cinta, serta prospek masa depan yang jelas adalah kunci awal bagi seorang guru.
Dari kutipan pembahasan yang ada didalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa sistem instruksional yang baik adalah yang bisa digunakan dengan sebaik mungkin oleh pengajar atau tenaga pendidikan dikelola secara jelas dalam proses pembelajaran.[6]





[2] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta: RINEKA CIPTA, 2006 ), hlm. 51-52.
[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta: RINEKA CIPTA, 2006 ), hlm. 55.