“ SISTEM INSTRUKSIONAL “ DALAM PERENCANAAN PEMBELAJARAN
Oleh : Pujianto & M. Luthfi
program studi pendidikan bahasa arab
program studi pendidikan bahasa arab
PENDAHULUAN
Mengajar merupakan pekerjaan professional yang tidak
bisa lepas dari berbagai macam problema, apalagi yang dihadapi masyarakat yang
dinamis. Guru sebagai pendidik dan pengajar dalam melaksanakan tugasnya sering
menemukan problema-problema yang dari waktu kewaktu selalu berbeda, apalagi
bila dihubungkan dengan keperluan perorangan atau kemasyarakatan, maka keanekaan
problematika tersebut makin luas. Sabenarnya problematika tersebut datang dari
implikasi dinamika masyarakat itu sendiri, yaitu menunjukkan hidup manusia
menuntut kemajuan-kemajuan yang perlu dipenuhi oleh masyarakat itu sendiri.
Akan tetapi problema yang menuntut kepada penelitian yang cermat mengenai
sumber-sumber penyebabnya dan akibat-akibat apa yang akan timbul bila tidak
terselesaikan.
Oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya, guru
mempunyai banyak problema yang terkait dengan anak didik, kurikulum, metode
pengajaran, dan tuntutan umum yang lainnya. Dari berbagai dinamika dan
problem-problem diatas, guru masih dituntut untuk bersikap professional,
walaupun tidak didukung dengan sarana yang layak, jadi disini kerja guru ekstra
atau harus bekerja secara optimal.[1]
RUMUSAN MASALAH
- Apa yang dimaksud dengan sistem instruksional ?
PEMBAHASAN
Pengertian Sistem Instruksional
A.
Pengetian
Sistem lnstuksional
Sistem lnstuksional terbentuk oIeh dua
konsep System dan instruction. System yang untuk selanjutnya diterjemahkan
menjadi sistem (dibaca sistem) oleh Wong dan Raulerson (1973:9) diartikan
sebagai a set of parts united by some form of interaction (artinya: suatu
perangkat dan bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa bentuk
hubungan saling mempengaruhi).
Instruction yang diterjemahkan menjadi
pembelajaian atau pengajaran dan bahan instruksi dalam arti perintah, oleh Saylor
dan Alexander (1976) diartikan sebagai pelaksanaan kurikulum (curriculum
implementation) atau dalam pengertian yang lebih khusus, instrution merujuk pada
proses belajar-mengajar teching-learning-prosess).[2]
Bertolak dari konsep-konsep tersebut
istilah sistem instruksional digunakan untuk menunjukkan suatu proses
belajar-mengajar atau proses pengajaran atau lebih tepat lagi proses
pembelajaran. Dibandingkan dengan sistem yang lain lebih-lebih sistem yang
bersifat alami seperti sistem tata surya, sistem instruksional memiliki ciri
yang khas, yaitu adanya tujuan (purpose, goal, objectives).
Sistem instruksional sekurang-kurangnya
memiliki dua dimensi yaitu dimensi rencana (a plan) dan dimensi proses yang
nyata (a reality). Dalam dimensi rencana sistem instruksional merujuk pada
prosedur atau langkah-langkah yang seyogianya dilalui dalam mempersiapkan
terjadinya proses belajar mengajar. Dalam dimensi realitas sistem instruksional
merujuk pada interaksi kelas atau “the classroom system” menurut konsep Wong
dan Raulerson (1973) kedua dimensi itu secara konseptual merupakan suatu sistem
kurikulum yang dengan sendirinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
sistem pendidikan.[3]
Model sistem instruksional adalah metode yang digunakan
dalam proses pembelajaran yang sering dipakai oleh banyak tenaga pengajar,
model instruksional yaitu suatu model yang terdiri atas empat komponen yang
secara hakiki berbeda satu sama lainnya, model ini menitikberatkan pembuatan
keputusan intelektual oleh guru sebelum dan sesudah pengajaran dan oleh
karenanya, sebenarnya lebih berupa suatu model perencanaan dan penilaian dari suatu
model “prosedur mengajar” pertama menentukan tujuan-tujuan instruksional secara
spesifik dalam bentuk perilaku siswa.
Kedua mengadakan
penilaian pendahuluan terhadap keadaan siswa pada saat ini dalam hubungannya
dengan tujuan-tujuan instruksional tersebut. Dan ketiga menilai pencapaian
tujuan-tujuan tersebut oleh siswa.[4]
Jadi, sistem instruksional merupakan tatanan aktivitas
belajar mengajar yang mengandung dimensi perencanaan kegiatan belajar mengajar.
Sebagai perencanaan dan pelaksanaan sistem instruksional merujuk pada langkah –
langkah yang sebaiknyaditempuh dalam menetapkan tujuan, isi, proses dan
evaluasi pengajaran.[5]
B.
Ciri
– Ciri Sistem Instruksional
Pada hakikatnya proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang
terdiri dari berbagai komponen yang saling berinteraksi dan kerja sama secara
terpadu dan harmonis dalam mencari tujuan belajar mengajar. Agar seluruh
komponen dalam sistem belajar mengajar tersebut dapat berdaya guna secara
efektif, maka guru sebagai seseorang yang bertugas sebagai pengelola belajar
mengajar hendaknya mampu merencanakan, mengembangkan dan mengevaluasi terhadap
seluruh komponen dalam sistem belajar mengajar atau guru harus mampu melakukan
usaha pengembangan sistem instruksional.
Sedangkan untuk mendukung tercapainya pengembangan sistem
instruksional, perlu mengetahui ciri – ciri dari sistem instruksional yang bisa
dilihat dalam penjabaran fungsi, tujuan dan komponen dalam sistem
instruksional.
Fungsi
Sistem Instruksional
- Sebagai pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, dalam rangka perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
- Sebagai pedoman guru dalam mengambil keputusan instruksional, yang meliputi :
- Mengidentifikasi kebutuhan dan karakteristik peserta didik.
- Menentukan tujuan instruksional.
- Menentukan strategi belajar mengajar.
- Menentukan materi pelajaran.
- Menentukan materi dan alat peraga.
- Menentukan evaluasi pengajaran.
- Sebagai alat pengontrol atau evaluasi, kesesuaian antara perencanaan instruksional dengan pelaksanaan belajar mengajar.
- Sebagai balikan atau feed back bagi guru tentang keberhasilan pelaksanaan belajar mengajar, dalam rangka melakukan perbaikan situasi pengajaran dan pendidikan.
Tujuan
sistem instruksional
Model Pengembangan
Sistem Instruksional
Secara umum istilah “ model ” diartikan sebagai kerangka
konseptual yang digunakan sebagai pedoman aatau acuan dalam mel;akukan suatu
kegiatan. Dalam pengertian lain “ model “ juga diartikan sebaagai barang aatau
benda tiruan dari benda sesungguhnya.
Sedangkan sistem instruksional dibentuk oleh dua konsep,
yaitu “ sitem “ dan “ instruksional “. Syistem “ yang untuk selanjutnya diterjemahkan
menjadi “sistem” (dibaca sistem) oleh Wong dan Raulerson (1973:9) diartikan
sebagai “a set of parts united by some form of interaction” (artinya:
suatu perangkat dari bagian-bagian yang diikat atau dipersatukan oleh beberapa
bentuk hubungan saling mempengaruhi). Contohnya sistem tata surya, sistem
pencernaan, sistem kekerabatan, sistem telepon. “instruction” yang
diterjemahkan menjadi “pembelajaran atau pengajaran” dan “bahan instruksi”
dalam arti perintah, oleh Saylor dab Alexander (1976) diartikan sebagai
pelaksanaan kurikulum (curiculum implementation) atau dalam
pengertianyang lebih khusus “instruction” merujuk pada “proses belajar
mengajar” (teaching-learning process). Bertolak dari konsep-konsep
tersebut istilah “sistem instruksional” digunakan untuk menunjukkan suatu
“proses belajar mengajar” atau “proses pembelajaran”. Dibandingkan dengan
sistem yang lain lebih-lebih sistem yang bersifat alami seperti sistem tata
surya, sistem instruksional memiliki ciri khas, yaitu adanya “tujuan” (purpose,
goal, objectives). Hal ini tentu dapat anda pahami karena seperti telah
anda pelajari dalam modul pertama adanya tujuan merupakan ciri utama dari
proses pendidikan.di samping itu ada dua unsur lainnya yakni komponen dan
proses . antara tujuan tujuan komponen, dan proses terdapat hubungan yang
saling menentukan seperti dapat digambarkan sebagai berikut:
Sistem instruksional sekurang- kurangnya memiliki dua
dimensi yaitu dimensi rencana (a plan) dan dimensi proses yang nyata (a
reality). Dalam dimensi rencana sistem instuksional merujuki pada prosedur atau
langkah-langkah yang seyogianya dilalui dalam mempersiapkan terjadinya proses
belajar-mengajar. Dalam dimensi realita sistem instruksional merujuk pada
interaksi kelas atau “the classroom system” menurut konsep Wong atau
Raulerson (1973) kedua dimensi itu secara konseptual merupakan suatu sistem
kurikulum yang dengan sendirinya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan.
Agar lebih jelas keterpautan sistem-sistem tersebut dapat
dilukiskan secara diagramatik sebagai berikut:
PENUTUP
Guru
adalah sentralitas bagi proses pendidikan, baik dan buruknya adalah guru yang
mengarahkanya. Sehingga dalam perjalanan prosesnya guru mengalami banyak
kendala yang pada hakikatnya adalah implikasi kedinamisan masyarakat yang terus
berkembang dari waktu-kewaktu. Keberhasilan proses pengajaran anak didik tidak
akan tercapai jika hanya mengandalkan pribadi guru secara totaliter, semua yang
terkait dengan proses pengajaran harus mau dan mampu membantu guru dalam
menghadapi problematika yang mereka hadapi.
Dalam
perjalanan pemecahan problematika guru, pada hakekatnya merupakan masalah yang
menyeluruh dalam kehidupan manusia. Semua tergantung dari respect guru terhadap
permasalahan tersebut dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain serta
lingkungan, kebutuhan akan kestabilan emosi, rasa cinta, serta prospek masa
depan yang jelas adalah kunci awal bagi seorang guru.
Dari
kutipan pembahasan yang ada didalam makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa
sistem instruksional yang baik adalah yang bisa digunakan dengan sebaik mungkin
oleh pengajar atau tenaga pendidikan dikelola secara jelas dalam proses
pembelajaran.[6]
[2] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta: RINEKA CIPTA,
2006 ), hlm. 51-52.
[3] http://fendy-mathematica.co.cc/Bahan%20ajar%20Perencanaan%20pengajaran%20matematika.html.di akses pada tanggal 17 April 2011.
[5] Harjanto, Perencanaan Pengajaran, ( Jakarta: RINEKA CIPTA,
2006 ), hlm. 55.
[6] http://joko1234.wordpress.com/2010/03/18/model-sistem-instruksional-pembelajaran/.
Di akses pada tanggal 18 April 2011.