“METODE LANGSUNG (MUBASYAROH)”
Oleh :
Pujianto
jurusan Pendidikan Bahasa Arab
jurusan Pendidikan Bahasa Arab
I.
PENDAHULUAN
Bahasa
Arab (asing) berbeda dengan belajar bahasa ibu, oleh karena itu prinsip dasar
pengajarannya harus berbeda, baik menyangkut metode (model pengajaran), Bahasa
Arab meliputi kemampuan menyimak (listening competence/mahaarah al materi
maupun proses pelaksanaan pengajarannya. Bidang keterampilan pada penguasaan –
Istima’), kemampuan berbicara (speaking competence/mahaarah al-takallum),
kemampuan membaca (reading competence/mahaarah al-qira’ah), dan kemampuan
menulis (writing competence/mahaarah al – Kitaabah).
Setiap
anak manusia pada dasarnya mempunyai kemampuan untuk menguasai setiap bahasa,
walaupun dalam kadar dan dorongan yang berbeda. Adapun diantara
perbedaan-perbedaan tersebut adalah tujuan-tujuan pengajaran yang ingin
dicapai, kemampuan dasar yang dimiliki, motivasi yang ada di dalam diri dan
minat serta ketekunannya.[1]
Maka berangkat dari sinilah kami mencoba untuk
mengupas secara singkat tentang metode mubasyaroh( langsung ) dalam makalah
ini. Karena kami merasa bahwa penting sekali dalam penggunaan sebuah metode
untuk diterapkan dalam pembelajaran yang berkaitan dengann bahasa.
II.
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang Munculnya Metode Langsung
(Mubasyaroh)
Metode langsung dikembangkan oleh carles berlitz, seorang ahli dalam
pengajaran bahasa , di Jerman menjelang abad ke-19. Faktor kemunculannya
dilatarbelakangi oleh penolakan atau ketidakpuasan terhadap metode tata bahasa
dan tarjamah.pada saat itu memang metode tata bahasa dan terjemah merupakan
metode pengajaran bahasa kedua dan asing yang populer. Akan tetapi ditengah
kepopulerannya muncul banyak ketidak puasan di banyak kalangan, sehingga
muncullah kritik bahkan penolakan terhadap metode ini. Secara lebih rinci
faktor-faktor itu adalah :
a.
Pada saat penduduk eropa semakin bertambah,
tingkat komunikasi mereka semakin kompleks. Hal ini mengakibatkan kebutuhan
mereka untuk menguasai satu bahasa ( misall, bahasa Inggris) sebagai Lingua
Franca secara aktif dan produktif semakin mendesak. Buku-buku sumber yang
ditemukan pada waktu itu kurang memuaskan mereka, karena pada umumnya tidak
mengajarkan penggunaan bahasa tujuan secara praktis dan efektif, melainkan
berbicara tentang bahasa tujuan.
b.
Dibeberapa negara Eropa pada waktu itu,
pendekatan-pendekatan baru pada pengajaran bahasa tujuan yang dicetuskan oleh
para ahli pengajaran bahasa secara terpisah-pisah memberikan ide kepada guru
bahasa tujuan untuk mengangkat metode lain yang dipandang lebih baik untuk
mengajarkan bahasa tujuan. Hal ini membuka jalan mereka untuk memunculkan
metode langsung.
Meskipun
metode langsung merupakan reaksi kuat terhadap metode tata bahasa dan terjemah,
namun orang-orang telah lebih dulu menggunakannya dalam mengajarkan bahasa
asing. Nababan, menyebutkan bahwa penggunaannya telah berlangsung sekitar abad
ke-15 ketika para pemuda Romawi diberi pelajaran bahasa Yunani oleh guru-guru
bahasa dari Yunani. Namun penggunaan metode langsung pada waktu itu tidak
benar-benar sebagai metode langsung. Kelangsungannya dapat dikatakan tidak
murni seratus persen. Sebab dalam beberapa hal masih menggunakan bahasa ibu dan
kedua. Baru mulai tahun 1920-an beberapa ahli pengajaran yang secara terpisah
menggunakan metode langsung secara murni dan sistematis.[2]
B.
Pengertian Metode Langsung (Mubasyaroh)
Metode
Langsung (Mubasyaroh) merupakan metode yang memprioritaskan pada ketrampilan
berbicara. Metode ini muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap hasil
pengajaran bahasa dari metode sebelumnya (gramatika tarjamah), yang dipandang
memperlakukan bahasa sebagai sesuatu yang mati. Seruan-seruan yang menuntut
adanya perubahan-perubahan mendasar dalam cara pembelajaran bahasa itu
mendapatkan momentumnya pada awal abad ke-20 di Eropa dan Amerika, serta
digunakan baik di Negara Arab maupun di negara-negara Islam Asia termasuk
Indonesia pada waktu yang bersamaan.
Sebagai suatu
reaksiproaktif terhadap metode gramatika
tarjamah, maka karakteristik dari metode ini adalah: a) memberI prioritas yang
tinggi pada ketrampilan berbicara sebagai ganti ketrampilan membaca, menulis
dan menerjemah, b) basis pembelajarannya terfokus pada teknik demontrastif;
menirukan dan menghafal langsung ddimana murid-murid merngulang kata, kalimat,
dan percakapan melalui asosiasi, konteks dan definisi yang diajarkan se ara
induktif yaitu berangkat dari contoh-contoh kemudian diambil kesimpulan, c)
menghindari penggunaan bahasa ibu pelajar, d) kemampuan komunikasi lisan
dilatih secara cepat melalui Tanya jawab yang terencana dalam pola interaktif
yang bervariasi, e) interaksi antara guru dan murid terjalin secara aktif,
Jadi, pada
dasarnya metode ini berangkat dari satu asumsi dasar, bahwa pembelajaran bahasa
asing tidaklah jauh berbeda dengan belajar bahasa ibu, yaitu dengan penggunaan
bahasa secara langsung dan intensif dalam komunikasi keseharian, diman
tahapannya bermula dari mendengarkan kata-kata, menirukan secara lisan,
sedangkan mengarang dan membaca dikembangkan kemudian. Metode ini berorientasi
pada pembentukan ketrampilan pelajar agar mampu berbicara secara spontanitas
dengan tatabahasa yang fungsional dan berfungsi untuk mengontrol kebenaran
ujarannya hingga mirip penutur aslinya.[3]
C.
Pembagian Metode Langsung (Mubasyaroh)
Ada tiga
metode yang sangat lekat dengan metode langsung (Mubasyaroh), bahkan merupakan
bagian yang berkesinambungan dalam metode tersebut. Meski pada prinsipnya
ketiga metode tersebut tidak ada perbedaan. Namun ketiganya memiliki titik
tekan yang dalam penggunaan bahasa asing yang dipelajari secara langsung dalam
proses belajar mengajar, maka penggunaan bahasa ibu atau kedua sedapat mungkin
dihindari. Menurut Al-Naqhoh ketiga metode itu adalah:
1.
metode psikologi (al-thoriqoh al-sikulujiyyah)
Disebut metode
psikologi, karena proses pembelajarannya didasarkan atas pengamatan
perkembangan mental dan asosiasi pikiran.
Beberapa cirri yang melekat pada metode ini antara lain:
a)
penggunaan benda, diagram, gambar & chart
untuk menciptakan gambaran mental dan menghubungkannya dengan kata-kata yang
diucapkannya.
b)
Kosa kata dikelompokkan kedalam
ungkapan-ungkapoan pendek yang berhubungan dengan satu masalah yang masih satu
pelajaran. Beberapa pelajaran dikumpulkan dalam satu bab sedangkan kumpulan
beberapa bab membentuk satu seri.
c)
Pelaran mula-mula diberikan secara lisan,
kemudian diberikan bagian demi bagian berdasarkan materi dalam buku.
d)
Jika sangat diperlukan, bahasa pelajar dapat
digunakan.
e)
Pelajaran mengarang baru diperkenalkan setelah
diberikan beberapa pelajaran terlebih dahulu.
2.
metode fonetik (al-thoriqoh al-shautiyyah)
metode ini
dikenal juga dengan metode ucapan (al-thoriqoh al-nuthqiyyah). Disebut metode
fonetik karena materi pelajaran ditulis berdasarkan fonetik, bukan ejaan
seperti yang lazim digunakan. Dalam prakteknya metode ini mengawali proses
pembelajaran dengan latihan pendengaran terhadap bunyi. Setelah itu dilanjutkan
dengan latihan pengucapan kata, kalimat pendek, dan akhirnya kalimat yang lebih
panjang. Selanjutnya kalimat-kalimat itu dirangkaikan menjadi sebuah percakapan
atau cerita. Gramatika diajarkan secara induktif, sedangkan mengarang terdiri
atas penampilan kembali tentang apa yang didengar dan dibaca.
3.
metode alamiah (al-thoriqoh al-thobi’iyyah)
Metode ini
merupakan kelanjutan dari metode fonetik. Disebut metode alamiah karena belajar
bahasa asig disamakan seperti bahasa ibu. Belajar bahasa ibu biasanya
didasarkan pada prilaku atau kebiasaan sehari-hari yang berlangsung secara
alamiah. Karena itu terkadang metode alamiah disebut sebagai metode kebiasaan
(al-thoriqoh al-‘adiyyah). Di dalam belajar bahasa ibu seorang anak mulai
menyerap bahasa dengan menyimak dan meniru bahasa yang digunakan oleh orang
dewasa, lalu ia mengucapkan apa yang telah disemak secara berulang-ulang. Di
dalam prakteknya ada beberapa hal yang membedakannya dengan metode lain,
diantaranya:
a)
mendasarkan teori pada kebiasaan anak-anak
dalam mempelajari bahasa ibunya.
b)
Langkah pertama pengajaran adalah bunyi (tanpa
buku) dilanjutkan kemudian oleh pengenalan kata dan kalimat secara lisan yang
dulengkapi oleh pengenalan benda dan gambar.
c)
Kata dan istilah baru, diajarkan melalui
kata-kata yang telah dikenal sebelumnya.
d)
Gramatika digunakan untuk membetulkan
kesalahan-kesalahan.
e)
Penggunaan kamus untuk membantu mengingat
kata-kata yang sudah dilupakan.[4]
D.
Kekurangan dan Kelebihan Metode Langsung
(Mubasyaroh)
Setiap metode
tentunya memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. Begitu juga dengan
metode mubasyaroh yang lahir dari ketidakpuasannya terhadap metode sebelumnya,
juga tidak terlepas dari kekurangan dan kelebihannya.
Diantara aspek
kelebihannya sebagai berikut:
a)
Dengan kedisiplinan mendengarkan dan
menggunakan pola-pola dialog secara teratur, maka para pelajar bisa terampil
dalam menyimak dan berbicara.
b)
Dengan banyaknya peragaan/demonstrasi,
gerakan, penggunaan gambar, bahkan belajar dialam nyata para pelajar bias
mengetahui banyak kosa kata.
c)
Dengan banyak latihan pengucapan secara ketat
dalam bimbingan guru, maka para pelajar bias memiliki lafal yang relative
mendekati penutur asli.
d)
Para pelajar mendapat banyak latihan dalam
bercakap-cakap khususnya mengenai topik-topik yang sudah dilatih dalam kelas,
dapat membantu mereka dalam menganalogikan pola-pola percakapandalam
topic-topik lain.
Sedangkan dari
aspek kekurangan metode ini sebagai berikut:
a)
Metode ini memiliki prinsip-prinsip yang
munkin dapat diterima oleh sekolah-sekolah yang jumlah pelajarnya tidak banyak.
b)
Metode ini menuntut para guru yang mempunyai
kelancaran berbicara seperti penutur asli.
c)
Metode ini mengandalkan kemahaiaran guru dalam
menyajikan materi, bukan buku-buku teks yang baik.
d)
Metode ini menghindari penggunaan bahasa ibu
dan bahasa kedua atau terjemahan. Hal ini justru bisa menghambat kemajaun
pelajar, sebab banyak waktu dan tenaga terbuang dalam menerangkan kata yang
abstrak( tidak bias digambarkan) atau konsep tertentu dalam bahasa asing.[5]
E.
Aplikasi Metode Langsung (Mubasyaroh)
Adapun
langkah-langkah pembelajaran dengan Metode Mubasyaroh, Sebagai gambaran dalam
mata pelajaran Bahasa Arab dapat dijabarkan sebagai berikut :
1.
Guru memulai penyajian
materi secara lisan, mengucapkan satu kata denganmenunjuk
bendanya atau gambar benda itu, memeragakan sebuah benda itu,memeragakan
sebuah gerakan atau mimic wajah. Pelajar menirukan berkali-kalisampai benar
pelafalannya dan faham maknanya.
2.
Latihan berikutnya berupa
Tanya jawab dangan kata Tanya “ma, hal, ayna” dansebagainya, sesuai dengan
tingkat kesulitan pelajaran, berkaitan dengan kata-kata yang
telah disajikan. Model interaksi bervariasi, biasanya dimulai denganklasikal
dan akhirnya individual, baik guru-siswa maupun antar siswa.
3.
Setalah guru yakin bahwa
siswa menguasai materi yang disajikan, baik dalam pelafalan maupun pemahaman
makna, siswa diminta membuka buku teks. Gurumemberikan contoh bacaan yang benar
kemudian siswa diminta membaca secara bergantian.
4.
Kegiatan berikutnya adalah
menjawab secara lisan pertanyaan atau latihan yangada dalam
buku, dilanjutkan dengan mengerjakannya secara tertulis.
5.
Bacaan umum yang sesuai
dengan tingkatan siswa diberikan sebagai tambahan, misalnya
berupa cerita humor, cerita yang mengandung hikmah dan bacaan yang mengandung
ungkapan –ungkapan indah. Karena pendek dan menarik, biasanya siswa
menghafalnya di luar kepala.
6.
Tata bahasa diberikan pada tingkat tertentu
secara induktif.[6]
III.
SIMPULAN
Menjelang abad ke-19 di Jerman Metode langsung ini dikembangkan
oleh carles berlitz, seorang ahli dalam pengajaran bahasa. Metode Langsung
(Mubasyaroh) merupakan metode yang memprioritaskan pada ketrampilan berbicara.
Dan muncul sebagai reaksi ketidakpuasan terhadap hasil pengajaran bahasa dari
metode sebelumnya (gramatika tarjamah), yang dipandang memperlakukan bahasa
sebagai sesuatu yang mati. Metode Mubasyarah dibagi menjadi tiga: metode
psikologi (al-thoriqoh al-sikulujiyyah), metode fonetik (al-thoriqoh
al-shautiyyah), metode alamiah (al-thoriqoh al-thobi’iyyah). Metode ini
mempunyai kelebihan diantaranya yaitu dengan kedisiplinan mendengarkan dan
menggunakan pola-pola dialog secara teratur, maka para pelajar bisa terampil
dalam menyimak dan berbicara dan juga mempunyai kekurangan antara lain, menuntut
para guru yang mempunyai kelancaran berbicara seperti penutur asli.
IV.
DAFTAR PUSTAKA
Acep Hermawan, metodologi pembelajaran bahasa arab, Bandung:
PT REMAJA ROSDAKARYA, 2011.
Radliyah Zaenuddin, Metodologi & Strategi Alternatif
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB, Yogyakarta: PUSTAKA RIHLAH GROUP, 2005.
Ahmad Fuaf Effendy,Metodologi Pengajaran Bahasa Arab,
Malang: Misykat, 2004.
http://arabicforall.or.id/metode/studi-prinsip-dasar-metode-pengajaran-bahasa-arab/.
Diunduh pada tanggal 16 April 2012.
[1] http://arabicforall.or.id/metode/studi-prinsip-dasar-metode-pengajaran-bahasa-arab/.
Diunduh pada tanggal 16 April 2012.
[2]
Acep Hermawan, metodologi pembelajaran bahasa arab, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2011) hlm. 175-176.
[3]
Radliyah Zaenuddin, Metodologi & Strategi Alternatif PEMBELAJARAN BAHASA
ARAB, Yogyakarta: PUSTAKA RIHLAH GROUP, 2005) cet. 1 hlm. 39-40
[4]
Acep Hermawan, metodologi pembelajaran bahasa arab, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2011) hlm. 179-180
[5]
Acep Hermawan, metodologi pembelajaran bahasa arab, ( Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2011) hlm. 183
[6]
Ahmad Fuaf Effendy,Metodologi
Pengajaran Bahasa Arab, (Malang: Misykat, 2004), Hlm.35